Turki Mendapat Protes Setelah Museum Hagia Sophia Jadi Masjid
SimakBeritaNews.com
Amerika Serikat (AS) mengancam menjatuhkan sanksi kepada Turki setelah pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan dianggap membuat sejumlah keputusan yang semakin mengundang kemarahan Washington. Para anggota Kongres Amerika telah mengajukan rancangan undang-undang (RUU) sanksi untuk Ankara.
Presiden AS Donald Trump sejauh ini masih menahan diri untuk menampar Ankara dengan sanksi tambahan.
Memang tidak mudah meraih kepercayaan masyarakat Turki setelah Partai Politik Erdogan, setahun yang lalu, tepatnya pada hari Minggu, 23 Juni 2019, dinyana kalah dari lawan politiknya merebut kendali atas kota asalnya, Istanbul.
Kemenangan Ekrem Imamoglu dalam pemilihan ulang untuk walikota Istanbul memberi oposisi kesempatan pertama untuk bersukacita dalam puluhan tahun. Orang-orang waktu itu berdansa hingga larut malam, merayakan berakhirnya kekalahan partai Erdogan selama 25 tahun atas kota itu.
Istanbul yang dalam sejarah juga dikenal sebagai Konstantinopel dan Bizantium, adalah kota terpadat di Turki yang menjadi pusat perekonomian, budaya, dan sejarah negara tersebut. Istanbul merupakan kota lintas benua di Eurasia yang membentang melintasi Selat Bosporus di antara Laut Marmara dan Laut Hitam.
Di Istanbul itu pula pada hari Jumat, 24 Juli 2020, Hagia Sophia yang semula adalah museum, diubah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
menjadi sebuah masjid.
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh Kantor Pers Presiden Turki menunjukkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan doa Jumat pertama selama upacara pembukaan resmi Hagia Sophia sebagai sebuah masjid di Istanbul, Turki, 24 Juli 2020.
Kritikan juga muncul, setelah khutbah dari Kepala Otoritas Turki untuk Urusan Agama (Diyanet), Ali Erbas, yang disampaikan pada sholat Jumat pertama di Hagia Sophia pada 24 Juli. Khitbah ini memicu perdebatan sengit. Sejumlah kritikus mengklaim bahwa dia (Erbas) menyinggung sosok pendiri Turki, Mustafa Kemal Ataturk. Erbas dinilai menyindir Ataturk sebagai sosok yang ‘dikutuk’ karena telah mengubah peninggalan Sultan Mehmet II dari masjid menjadi museum.
“Setiap bangunan yang diberkahi tidak dapat diganggu gugat dalam keyakinan kami dan membakar siapa pun yang menyentuhnya, piagam ini sangat diperlukan dan siapa pun yang melanggarnya dikutuk,” kata Erbas dalam khutbahnya.
_Menjadi Rumit_
Masalah Hagia Sophia ini menjadi rumit. Yunani tetangga Turki, berpenduduk mayoritas Kristen dan pernah berperang dengan Turki beberapa kali, menentang Hagia Sophia dijadikan masjid. Militer Yunani menyatakan siap berperang melawan Turki terkait sepak terjang negara yang di pimpin Erdogan itu di wilayah Mediterania.
Pernyataan Yunani dilontarkan Kepala Staf Angkatan Darat, Constantinos Florus seperti dilansir ANHA, Jumat, 17 Juli 2020.
Ia menyatakan, bahwa tentara Yunani siap untuk mempertahankan integritas teritorial, hak dan kedaulatan negaranya terhadap ancaman Turki.
Florus juga menuturkan, Turki merupakan ancaman bagi negara Yunani dan situasi saat ini di wilayah Mediterania Timur, mengingat Ankara mengganggu kestabilan wilayah tersebut.
Yunani sekarang diperintah oleh seorang presiden perempuan yang pertama dalam sejarah Yunani, yaitu Katerina Sakelaropoulou. Diberitakan, bahwa setiap hari Jumat ratusan warga Muslim, di ibukota Yunani, Athena, harus berdesak-desakan di ruang bawah tanah untuk salat Jumat.
Fasilitas darurat seperti ini sebenarnya melanggar hukum, namun umat Islam di Athena tidak memiliki pilihan lain.
Athena menjadi satu-satunya ibukota negara anggota Uni Eropa yang tidak memiliki masjid.
Sejak Yunani merdeka dari Kekhalifahan Usmani pada 1832, tidak pernah ada pemerintah yang mengizinkan pendirian masjid.
Masjid dianggap “tidak sesuai dengan budaya Yunani”, negara yang lebih 90% warganya menganut Kristen Ortodoks.
Namun ketika Yunani juga berfungsi sebagai pintu masuk pendatang ke Uni Eropa, jumlah warga Muslim di negara ini makin besar.
Di Athena, ibu kota Yunani, jumlah warga Muslim mencapai lebih dari 300.000 orang.
Dalam hal, Hagia Sophia menjadi masjid, Presiden Yunani menganggapnya sebagai penghinaan..
Dilansir dari “Orthodox Times, ” Minggu, 26 Juli 2020, dalam pesannya, Presiden Republik Hellenic menekankan tekad Yunani untuk mempertahankan hak-hak kedaulatannya di Laut Aegea. Dia juga berbicara tentang penodaan Hagia Sophia. Dia menjelaskan kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa mereka yang berpikir bahwa mereka dapat mempengaruhi reputasi monumen di seluruh dunia akan terbukti salah.
_Masalah Siprus_
Masalah Siprus, juga menjadi hambatan hubungan Turki-Yunani selama ini. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ketika mengenang operasi perdamaian Turki di Pulau Siprus yang ke-46 tahun, hari Senin, 27 Juni 2020, menyerukan, solusi yang “adil dan permanen” untuk persengketaan pulau tersebut.
“Sebuah solusi yang adil dan permanen di Siprus hanya mungkin dengan penerimaan status yang sama untuk Siprus Turki,” kata Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pernyataan tertulis.
Siprus Yunani, kata Erdogan, harus mengakui kesetaraan politik atas Siprus Turki, dan hak mereka yang setara atas sumber daya alam pulau itu.
Setiap tahun pada 20 Juli, Republik Turki Siprus Utara (TRNC) merayakan Hari Perdamaian dan Kebebasan untuk mengenang operasi –intervensi militer berskala besar– untuk melindungi hak rakyat Siprus Turki dari kekerasan yang melanda pulau itu pada 1974.
Pulau itu telah dibagi menjadi dua bagian; pemerintah Siprus Turki di utara, dan pemerintahan Siprus Yunani di selatan sejak kudeta militer 1974 yang ingin dicaplok oleh Yunani.
Intervensi militer Turki menghentikan penganiayaan dan kekerasan selama bertahun-tahun terhadap rakyat Siprus Turki oleh Siprus Yunani yang ultra-nasionalis.
“Operasi ini telah menunjukkan kepada dunia bahwa Siprus Turki hak-hak dasar mereka telah dilanggar, mereka butuh bantuan karena kebebasan mereka terancam,” lanjut dia.
“Warga Siprus Turki berjuang untuk kesetaraan selama lebih dari 50 tahun dan berjuang di tengah segala macam tekanan dan ancaman, dan perampasan atas hak dan kebebasan mereka.”
Erdogan menambahkan, Turki akan terus menjadi penjamin perdamaian, kesejahteraan, dan stabilitas mereka.
Intervensi militer Turki menghentikan penganiayaan dan kekerasan selama bertahun-tahun terhadap Siprus Turki oleh Siprus Yunani ultra-nasionalis.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Prancis menegaskan bahwa posisi negara-negara Uni Eropa bersatu terhadap kebutuhan untuk mendukung posisi Siprus dan Yunani dalam menghadapi kebijakan Turki. Hal senada juga dikatakan Menteri Luar Negeri Jerman Haikou Maas.
Sebelumnya, ratusan gereja di Yunani Jumat lalu membunyikan bel dan mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk protes atas keputusan Turki mengubah Hagia Sophia, ikon penting kota Istanbul, menjadi sebuah masjid.
Beberapa ratus orang juga turun ke jalan-jalan di Athena yang secara damai mengecam keputusan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu, 26 Juli 2020.
Hagia Sophia sebelumnya berfungsi sebagai katedral penting bagi umat Nasrani, lalu jadi masjid, dan museum sebelum kembali dikonversi menjadi tempat ibadah muslim.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ingin memenuhi impian masa mudanya dengan mengeluarkan dekrit pengembalian bangunan ikon itu sebagai sebuah masjid pada awal bulan ini, tak lama setelah pengadilan tinggi Turki memutuskan Hagia Sophia secara ilegal dijadikan museum lebih dari delapan dekade lalu.
Hanya struktur bangunan itu telah terdaftar sebagai situs warisan dunia UNESCO.
UNESCO adalah organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada 1945. Tujuan organisasi adalah mendukung perdamaian, dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki. (Pasal 1 Konstitusi UNESCO).
Dikutip dari laman UNESCO, Hagia Sophia telah tercantum dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO, sebagai bagian dari area bersejarah Istanbul. UNESCO menyayangkan keputusan pengubahan fungsi Hagia Sophia dari museum menjadi masjid tanpa adanya pembicaraan terlebih dulu dari pemerintah Turki kepada UNESCO.
“Hagia Sophia adalah maha karya arsitektur dan kesaksian unik untuk interaksi antara Eropa dan Asia selama berabad-abad. Statusnya sebagai museum mencerminkan sifat universal warisannya dan menjadikannya simbol yang kuat untuk didiskusikan,” kata Dirjen UNESCO, Audrey Azolay.
UNESCO mengungkapkan, bahwa partisipasi masyarakat yang efektif, inklusif dan adil serta pihak lain yang berkepentingan melestarikan warisan ini. Selain itu juga, menyoroti keunikan dan signifikansinya.
UNESCO memperingatkan bahwa penetapan Hagia Sophia sebagai masjid berisiko merusak sifat universal bangunan tersebut sebagai tempat terbuka bagi semua peradaban, sebagai sebuah museum. Hal ini menjadi salah satu aspek inti dari sebuah situs warisan dunia.
Kekhawatiran UNESCO diungkapkan kepada Republik Turki dalam beberapa surat, juga kepada perwakilan dari Delegasi Turki untuk UNESCO. Tak adanya pemberitahuan dari pemerintah Turki untuk meresmikan Hagia Sophia menjadi masjid disesalkan oleh UNESCO.
UNESCO menyerukan kepada pemerintah Turki untuk memulai diskusi tanpa penundaan. Menurut UNESCO, hal ini dilakukan untuk mencegah efek merugikan pada universal warisan yang luar biasa di Hagia Sophia.
“Penting untuk menghindari tindakan implementasi apapun, tanpa diskusi sebelumnya dengan UNESCO, yang mempengaruhi akses fisik ke situs, struktur bangunan, properti yang dapat dipindahkan atau manajemen situs (Hagia Sophia),” kata Asisten Direktur UNESCO Umum untuk Budaya, Ernesto Ottone.
_Masa Lalu Perang Turki-Yunani_
Turki pernah berhasil memenangkan peperangan terhadap Yunani. Perang Yunani-Turki 1897, juga disebut Perang Tiga Puluh Hari, adalah perang yang terjadi antara Yunani dan Kesultanan Utsmaniyah, di bawah penguasa Sultan Abdul Hamid. Sebab langsung perang ini adalah pulau Kreta masih dikuasai Utsmaniyah, sementara banyak populasi Yunani disana.
Kampanye Yunani dilancarkan karena sekutu, terutama Perdana Menteri Britania Raya David Lloyd George, telah menjanjikan teritori untuk Yunani. Setelah perang ini, Yunani memberikan semua teritori yang didapat selama perang, kembali ke perbatasan sebelum perang, dan terjadi pertukaran populasi antara Turki dan Yunani di bawah Perjanjian Lausanne.
Kampanye militer ini adalah kegagalan bagi Yunani, dan perang Turki-Armenia serta perang Prancis-Turki telah memaksa Sekutu meninggalkan perjanjian Sèvres dan bernegosiasi di Lausanne, mengakui kemerdekaan Turki dan kekuasaannya terhadap Thrace Timur dan Anatolia
Minggu lalu, helikopter Turki terbang rendah yang secara provokatif melewati wilayah sekitar pangkalan militer yang ada di dekat Pulau Ro di Yunani, memancing tembakan peringatan yang dilancarkan oleh para prajurit penjaga perbatasan.
Apakah faktor ini menandakan akan munculnya konflik baru Turki-Yunani. Jika benar, akan terjadi sengketa mengerikan, karena melibatkan Rusia, Iran yang sangat dekat berhubungan dengan Turki. Sebaliknya Yunani sekarang tidak sendirian, karena Amerika Serikat, Inggris dan Jerman akan ikut serta, kumpulan negara yang menentang Hagia Sophia dijadikan masjid.
( Geoffrey .M )